Senin, 23 Juni 2014

agen sosialisasi dalam kehidupan individu


AGEN SOSIALISASI
A.       Pengertian Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi satu sama lain berlainan dan tidak selamanya sejalan. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

B. Macam-macam Agen Sosialisasi
1.KELUARGA (KINSHIP)
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah media sosialisasi primer. Melalui keluarga, anak mengenal dunianya dan pola pergaulan sehari-hari. Arti pentingnya keluarga sebagai media sosialisasi primer bagi anak terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian.
Proses sosialisasi awal ini di mulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh orang – orang dilingkungan keluarganya. Di dalam keluarga, orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidika anak agar anak memperoleh dasar – dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik yang akan berpengaruh pada kepribadian yang baik pula pada si anak.
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.
Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
 Institusi Keluarga
1. Ibu bapak menjadi “Role Model” dalam pembentukan sahsiah anak-anak.
2. Mewujudkan persekitaran rumahtangga yang harmonis dan suasana yang selamat bagi anak-anak.
3. Ahli keluarga sebagai penasihat atau kaunselor kepada anak-anak yang menghadapi masalah.
4. Saling membantu, menyokong dan bekerjasama dalam setiap aspek kehidupan.
5. Rumah adalah sumber untuk mendapatkan kasih sayang.
6. Mendidik anak-anak dari kecil tentang tatacara bersosial dan persekitaran
7. Membetulkan kesalahan anak-anak.
8. Memberikan didikan agama dan moral melalui cerita, kisah-kisah dan teladan



2.TEMAN PERGAULAN

Teman Pada usia anak – anak, kelompok bermain disebut juga dengan istilah Peer Group. Kelompok bermain mencakup teman – teman, tetangga, dan kerabat. Pada usia remaja, kelompok sepermainan berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkemabangan ituantara lain disebabkan bertambah luasnya ruang lingkup pergaulan remaja, baik di sekolah maupun di luar sekolah. pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
          Di dalam proses ini, seorang anak berusaha mempelajari berbagai kemampuan baru. Anak-anak berinteraksi dengan orang-orang yang seusia dengan mereka. Karena selain keluarga, salah satu agen sosialisasi adalah teman sepermainan dalam kelompok bermain.
            Agen ini baru didapatkan setelah seorang anak dapat bepergian ke luar rumah. Disinilah mereka mempelajari berbagai kemampuan baru dengan memasuki tahap game stage (mempelajari aturan-aturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat) sehingga memperoleh nilai-nilai keadilan. Pada tahap ini, sikap ego seorang anak masih sangat menonjol. Keadaan ini tentu akan banyak menimbulkan konflik dengan teman-temannya. Meski demikian, dengan adanya konflik tersebut akan membuat individu dipaksa untuk memperbaiki sifat egonya. Tujuan perbaikan diri tersebut adalah agar dia dapat diterima kembali oleh teman-temannya sebagai anggota kelompok. 
            Dengan kelompok bermain, seorang anak bisa mendapat peranan yang positif, misalnya :
1. Adanya rasa aman dan dianggap penting
2. Tumbuhnya rasa kemandirian dalam diri anak itu
     3. Seorang anak mendapat tempat penyaluran berbagai perasaannya seperti rasa senang maupun sedih
     4. Dapat mengembangkan berbagai keterampilan sosial
5. Memiliki banyak teman dan mendapat banyak pengetahuan. 
6. Dapat terhindar dari lingkungan pergaulan yang negatif 
7. Ilmunya bermanfaat dan memiliki masa depan yang cerah 
8. Mampu bersosialisasi dengan baik 
9. Belajar untuk membentuk organisasi yang baik 
10. Terbentuknya sifat disiplin dalam penggunaan waktu.

             Selain dampak positif yang diterima oleh si anak dari teman sepermainan, ada juga dampak negative, misalnya teman sebaya tersebut mengajari melakukan hal-hal yang tidak baik.Dan dari dampak negatife tersebut muncul penyimpangan misalnya :
1.Penyalahgunaan Narkoba
            Hal ini dapat terjadi apabila teman si anak bukan teman yang baik sehingga dia akan menjerumuskan si anak.
2. Proses sosialisasi yang tidak sempurna 
            Apabila seseorang dalam kehidupannya mengalami sosialisasi yang tidak sempurna, maka akan muncul penyimpangan pada perilakunya. Contohnya: seseorang menjadi pencuri karena terbentuk oleh lingkungannya yang banyak melakukan tindak ketidakjujuran, pelanggaran, pencurian dan sebagainya. 
 3. Tindak kejahatan / criminal
            Yaitu tindakan yang melanggar norma , misalkan mencuri, membunuh dan lain-lain.


4. Gaya hidup 
            Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau biasanya. Penyimpangan ini antara lain : - Sikap arogansi yaitu kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kepandaian,kekuasaan, kekayaan, dan sebagainya.
5. Mengonsumsi rokok di bawah umur 
            Hal inilah yang sangat sering terjadi jika pergaulan si anak dengan temannya kelewatan batas, sehingga akan melakukan tindakan demikian seprti merokok dan akan merusak kepribadiannya.
6. Kenakalan remaja
            Karena keinginan membuktikan keberanian dalam melakukan hal-hal yang dianggap bergengsi, sekelompok orang melakukan tindakan-tindakan menyerempet bahaya, misalnya kebut-kebutan, membentuk geng-geng yang membuat onar, dan lain-lain. 
            Selain itu, perkelahian antar pelajar termasuk jenis kenakalan remaja yang pada umumnya terjadi di kota-kota besar sebagai akibat kompleknya kehidupan disana. Demikian juga tawuran yang terjadi antar kelompok/etnis/warga yang akhir-akhir ini sering muncul.    
            Tapi , sebelum si anak terlanjur terjerumus, orangtua dapat melakukan berbagai upaya untuk melindungi si anak. Dan pastinya apa yang di ajarkan oleh keluarga akan dibawa oleh anak dari rumah keluar rumahnya ketika ia berinteraksi dengan teman sebayanya.
            Adapun upaya itu adalah :
1. Memberi kebebasan bersyarat dimana anak dibiarkan untuk tetap bergaul dengan teman-temannya tetapi tetap diawasi. 
2. Diberikan pendidikan agama yang cukup di luar lingkungan sekolah 
3. Memberikan contoh dampak negatif orang yang sudah terjerumus dalam pergaulan yang negatif 
4. Berusaha untuk menjadi teman curhat anak dan memberikan solusi/saran yang intinya mendukung anak, agar mereka tidak merasa kesepian dan melampiaskannya pada pergaulan
Jadi, tidak selamanya teman sepermainan itu dapat memberikan dampak yang baik atau positif terhadap kepribadian si anak, melainkan ada juga dampak negatifnya.
                                              
3.LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH)
Sekolah dengan lembaga yang melaksanakan sistem pendidikan formal merupakan agen sosialisasi yang akan kita bahas selanjutnya. Di sekolah seorang anak akan belajar mengenai hal-hal baru yang tidak ia dapatkan di lingkungan keluarga maupun teman sepermainannya. Selain itu juga belajar mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sekolah, seperti tidak boleh terlambat waktu masuk sekolah, harus mengerjakan tugas atau PR, dan lain-lain.
Sekolah juga menuntut kemandirian dan tanggung jawab pribadi seorang anak dalam mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang tuanya. Hal itu sejalan dengan pendapat Dreeben yang mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal) seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Aspek lain yang dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), dan kekhasan (specificity). Adapun fungsi pendidikan sekolah sebagai salah satu media sosialisasi, antara lain sebagai berikut:
1) Mengembangkan potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya.
2) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3) Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dan bebas.
4) Memperkaya kehidupan dengan menciptakan cakrawala intelektual dan cita rasa keindahan kepada para siswa serta meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan dan penyuluhan.
5) Meningkatkan taraf kesehatan melalui pendidikan olahraga dan kesehatan.
6) Menciptakan warga negara yang mencintai tanah air, serta menunjang integritas antarsuku dan antarbudaya.
7) Mengadakan hiburan umum (pertandingan olahraga atau pertunjukan kesenian).

Sosialisasi melalui sistem pendidikan formal (Sekolah) cukup efektif, karena disamping membaca, menulis, dan berhitung. Di sekolah juga diajarkan menganal kemandirian (Independence), prestasi, dan kesamaan kedudukan. Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh. Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
Di sekolah, mereka belajar tentang perspektif yang lebih luas tentang segala hal yang membantu mereka untuk menjalankan peran yang ada di luar keluarga. Misal tentang patriotisme, kebaikan, demokrasi, kejujuran yang diselipkan dalam pelajaran.

4.MEDIA MASSA

Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting, karena dapat membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma – norma dan nilai – nilai yang ada di dalam masyarakat. Namun dia lain pihak, medai massa dapat pula mengubah perilaku 
masyarakat.
Yang termasuk dalam kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus,yang sebenarnya hanya disebabkan kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
Tanpa mengikari fungsi dan maafaat media massa dalam kehidupan masyarakat, disadari adanya sejumlah efek sosial negatif yang ditimbulkan oleh media massa. Karena itu media massa dianggap ikut bertanggung jawab atas terjadinya pergeseran nilai-nilai dan perilaku di tengah masyarakat seperti menurunnya tingkat selera budaya, meningkatnya kejahatan, rusaknya moral dan menurunnya kreativitas yang bermutu.
Efek negatif yang ditimbulkan oleh media massa terutama dalam hal delinkuensi dan kejahatan bersumber dari besarnya kemungkinan atau potensi pada tiap anggota masyarakat untuk meniru apa-apa yang disaksikan ataupun diperoleh dari media massa. Pengenaan (exposure) terhadap isi media massa memungkinkan khalayak untuk mengetahui sesuatu isi media massa, kemudian dipengaruhi oleh isi media tersebut. Bersamaan dengan itu memang terbentang pula harapan agar khalayak meniru hal-hal yang baik dari apa yang ditampilkan media massa.
Hampir setiap hari umumnya masyarakat dihadapkan pada berita dan pembicaraan yang menyangkut perilaku kejahatan seperti pembunuhan, perampokan, perkosaan dan bentuk-bentuk yang lain. Akibat logis dari keadaan tersebut bahwa segala sesuatu yang digambarkan serta disajikan kepada masyarakat luas dapat membantu dan mengembangkan kemampuan menentukan sikap pada individu-individu di tengah masyarakat dalam menentukan pilihan mengenai apa yang patut ditempuhnya untuk kehidupan sosial mereka. Pemberian masalah kejahatan melalui media massa mempunyai aspek positif dan negatif. Pengaruh media massa yang bersifat halus dan tersebar (long term impact) terhadap perilaku seolah-olah kurang dirasakan pengaruhnya, padahal justru menyangkut masyarakat secara keseluruhan. Hasil dari berbagai penelitian menyatakan bahwa efek langsung komunikasi massa pada sikap dan perilaku khalayaknya, kecil sekali, atau belum terjangkau oleh teknik-teknik pengukuran yang digunakan sekarang.
Kemungkinan dan proses bagaimana terjadinya peniruan terhadap apa yang disaksikan atau diperoleh dari isi media massa dapat dipahami melalui beberapa teori. Yang pertama adalah teori peniruan atau imitasi. Kemudian teori berikutnya tentang proses mengidentifikasi diri dengan seseorang juga menjelaskan hal yang sama. Sedangkan teori social learning mengungkapkan faktor-faktor yang mendorong khalayak untuk belajar dan mampu berbuat sesuatu yang diperolehnya dari interaksi sosial di tengah masyarakat.
Memang teori-teori tadi belum tuntas sepenuhnya dalam memaparkan perihal peniruan terhadap isi media massa. Namun konsep-konsep pokok yang diajukan oleh masing-maisng teori itu kurang lebih dapat membantu kita untuk memahami terjadinya peniruan yang dimaksud dalam hubungan bahasan kita di sini yang merupakan faktor penting dari efek sosial yang ditimbulkan oleh media massa.
Studi pertama tentang efek TV yang dilakukan dengan lengkap adalah yang disebut Payne Fund Studies Film and their Effect on Children, yang berlangsung selama empat tahun 1929-1932. Hasil studi ini sebanyak dua belas jilid telah diterbitkan oleh Macmillan di antara tahun 1933-1935.
Pada tahun 1961, UNESCO menerbitkan sebuah bibliografi beranotasi The Influence of the Cinema on Children and Adolescent yang berisikan 491 buku, artikel dan jurnal.
Charters (1934) mengemukakan bahwa pada tahun 1930, tiga tema besar film yang dipertunjukkan adalah: cinta (29,6%), kejahatan (27,4 %) dan seks (15,0%). Ke dalam kategori kejahatan yang 27,4% itu, terutama isinya adalah mengenai: pemerasan, extortion, penganiayaan, dendam dan pembalasan.
Proses sosialisasi yang dilalui oleh setiap anggota masyarakat ada yang berlangsung secara formal, yaitu melalui sekolah dan pendidikan lainnya. Tapi adapula yang berbentuk informal yaitu yang diperoleh melalui keluarga, kerabat, dan pergaulan dengan teman sebaya. Media massa dapat berperan dalam proses sosialisasi itu baik yang informal, yaitu ketika media dikonsumsi dalam situasi dan untuk keperluan di rumah. Namun media dapat pula berperan dalam sosialisasi formal, yakni ketika mengikuti pendidikan melalui media atau apa yang disebut sebagai pendidikan jarak jauh. Media massa memberikan banyak hal yang dapat diserap oleh setiap anggota masyarakat antara lain ikut membentuk perilaku anggota masyarakat tersebut. Proses ini sebenarnya sudah dimulai pada permulaan kehidupan seseorang adalah keluarga, sekolah tempat kerja lingkungan sosial dan media massa. Keluarga adalah sumber pertama, karena dari keluargalah, seseorang mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma dalam hidupnya.

5.AGEN-AGEN LAIN
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional masyarakat dan lingkungan kerja. Semuanya membantu seseorang dalam membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
Keluarga
Kelompok yang paling berperan dalam pembentukan pribadi seseorang adalah keluarga.Dimana kita juag diperkenalkan tentang nilai gender misal:anak perempuan membantu ibu di dapur dan anak laki-laki membantu ayahnya membetulkan genting.

Lingkungan Tempat Tinggal

Berdasarkan hasil penelitian anak dari pemukiman miskin menjadi anak yang sering bertabrakan dengan hukum dan anak yang berada di lingkungan yang berada lebih terjaga biasanya menjadi lebih aman keberadaannya.Atau bagaimana keluarga--keluarga yang tinggal di lingkungan sampah tidak menganggap bahaya mengancam ketika anak mereka bermain di tumpukan sampah.
 Institusi Masyarakat :
1. Membentuk nilai-nilai yang diterimapakai dalam kumpulan masyarakat
2. Menunjukkan perlakuan yang boleh atau tidak dapat diterima oleh kumpulan.
3. Mempamerkan cara-cara hidup yang sesuai dan perlu diikuti oleh golongan muda-mudi.
4. Mengubah tingkahlaku individu yang tidak sesuai dengan teguran dan penjelasan.
5. Nilai masyarakat majmuk dapat membanding yang kurang dalam diri kita.
6. Adat resam dapat mempengaruhi pembentukan peribadi yang lemah lembut dan berhemah tinggi.
7. Menjatuhkan hukuman bagi individu yang perilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat melalui sindiran, pandangan atau kata nasihat.

Agama
Dengan nilai yang ada di dalamnya,agama menjadi penting bagi kehidupan kita.Juga pada pemahaman baik dan buruk pada seseorang. 
Institusi Agama :
1. Melalui penyampaian ajaran agama yang disampaikan dalam bentuk khutbah, ceramah.
2. Pembacaan melalui kitab-kitab mengikut agama yang dianuti.
3. Melalui lagu-lagu rohani
4. Aktivitas kerohanian
5. Seminar keagamaan yang bersifat membentuk remaja
6. Perayaan sesuatu agama

sekolah 
Dalam konteks ini,mereka belajar tentang perspektif yang lebih luas tentang segala hal yang membantu mereka untuk menjalankan peran yang ada di luar keluarga.Misal tentang:patriotisme,kebaikan,demokrasi,kejujuran yang diselipkan dalam pelajaran .Disekolah juga diajarkan pesan-pesan khusus negara.
Institusi Pendidikan :
1.      Pengetahuan Moral:
-          Memberikan maklumat/teori moral
-          Penerapan melalui aktivitas
-          Pengukuhan melalui ujian dan peperiksaan

2.       Peraturan Sekolah:
-          Lembaga Disiplin memastikan peraturan sekolah dikuatkuasakan dan dipatuhi
-          Mencegah dan menghalang pelajar daripada melakukan perkara-perkara yang tidak bermoral
3.      Kegiatan Ko-Kurikulum:
-          Pelajar mengisi masa dengan aktivitas yang berfaedah.
-          Menyediakan alternatif kepada para pelajar untuk menyalur minat dan kebolehan masing-masing.
4.      Menyediakan persekitaran yang merangsang pertumbuhan emosi dan sosial yang sihat melalui    jalinan ikatan mesra dan muhibbah.
5.      Guru bertindak sebagai ibubapa kedua atau mentor kepada pelajar.
Institusi Masyarakat

Kelompok Bermain
Nilai-nilai yang berkeliaran di antara teman dalam kelompok bermain ini sering menjadi sangat menjengkelkan untuk orang tua karena kadang sama sekali tidak pernah didengar di rumah atau di sekolah.Dan untuk konteks remaja,misal keberadaan teman kongko-kongko juga tidak bisa dikesampingkan yang sangat memengaruhi gaya dan tingkah laku kita.

KURANGNYA MINAT MEMPELAJARAI SENI TRADISIONAL


KURANGNYA MINAT MEMPELAJARAI SENI TRADISIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di zaman sekarang kebanyakan remaja tidak peduli dengan kebudayaannya masing-masing.Mereka lebih memilih mempelajari tarian modern (Modern Dance), bahkan bergaya hidup ke barat-baratan.Padahal bila sampai kebudayaan kita hilang kita sudah tidak mempunyai ciri khas tersendiri dari daerah tersebut.
Di samping kurangnya kesadaran dari kita, kita juga kurang peduli dengan kebudayaan yang kita punya. Padahal kalau kita kembangkan serta melestarikannya kita akan menjadi bangsa yang penuh warna. Kita sudah memiliki ragam budaya,bahasa,dll. Tetapi mengapa kita tidak sadar akan itu semua.
Mari kita bangun Bangsa kita tercinta demi kemajuan yang lebih baik, sebelum terlambat atau menyaksikan kebudayaan kita punah tanpa bekas dan hanya jadi cerita legenda belaka yang nantinya juga akan terhapus dari memori anak cucu kita nanti atas nama modernitas dan kemajuan zaman.

1.2  Rumusan Masalah
·         Apa seni tradisional itu ?
·         Apa penyebab hilangnya senitradisional ?
·         Cara-cara Untuk Menjaga seniTradisional ?


1.3  Tujuan penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah saya kemukakan saya membuat makalah mengenai “Kurangnya MinatMempelajari Kesenian Tradisional” karena saya ingin memberi ilmu serta pengetahuan agar remaja Indonesia lebih mengenal kesenian tradisional Indonesia. Selain itu kita juga dapat membantu pemerintah untuk mendorong dan memotivasi remaja untuk mulai mengenal budaya bangsa sendiri,karena kita semua merupakan generasi penerus dan aset bangsa.

1.4 prosedur pemecahan masalah
Dalam memecahkan masalah seperti yang tertera dalam rumusan masalah diatas saya menggunakan sumber pencarian dalam internet untuk menyusun solusi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam rumusan masalah diatas.

I.5 Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah
1.      Kata Pengantar
Di dalam kata pengantar berisi tentang rasa syukur kepada tuhan yg maha esaakan berhasilnya makalah ini dan rasa terimakasih kepada orang orang yg telah membimbing dan membantu membuat nya makalah ini dan juga berisi tentang maksud singkat di buatnya makalah ini.

2.      Daftar Isi
Di dalam daftar isi berisi tentang daftar-daftar yang ada dalam makalah ini serta menyertakan nomor halaman agar memudahkan pembaca dalam membaca isi makalah ini.

3.      Bab I  Pendahuluan
a)      Latar Belakang
Di latar belakang berisi tentang latar kenapa masalah ini harus di bahas serta pengertian singkat masalahnya.
b)      Rumusan Masalah
Di rumusan masalah berisi tentang poin-poin masalah dari makalah ini.
c)      Tujuan Penulisan
Di tujuan penulisan berisi semua hal yang ingin dicapai penulis dalam dibuatnya makalah ini.
d)     Prosuder Pemecahan Masalah
Di prosedur pemecahan masalah berisi tentang prosedur yang digunakan penulis dalam memecahkan masalah dalam meneyelesaikan masalah yg di bahas ini.
e)      Sistematika Penulisan
Di sistematika penulisan berisi tentang sistematika atau urutan isi yang ada dalam karya tulis ini.

4.      Bab II Pembahasan
Di bab II pembahasan dibahas secara terperinci materi-materi yang menyangkut dengan makalah ini beserta poin-poin kecil agar memudahkan pembaca memahami isi materi ini.

5.      Bab III Kesimpulan
Di bab III menyimpulkan poin-poin penting dalam pembahasan ini agar pembaca lebih memahami inti dari tujuan makalah ini dibuat.

6.      Daftar Pustaka
Di daftar pustaka berisi daftar-daftar buku atau link yang dijadikan sumber referensi karya tulis ini.


BAB II
PEMBAHASAN
2.         1.a Pengertian Seni Tradisional
Seni Tradisional adalah Unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat  dalam suatu kaum /suku /puah/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu.Tradisi adalah bagian dari Tradisional namun bisa musnah karena ketidak adanya ingin tahu untuk mengikuti tradisi tersebut.[1]
1.bMacam macam seni tradisional di Indonesia :
                   Seni Tradisional di pulauSumatera:
·         Seni Tradisional Melayu-Riau
·         Seni Tradisional Minangkabau
·         Seni Tradisional Mentawai
·         Dan sebagainya
Seni Tradisional di Jawa
·         Seni Tradisional Betawi
·         Seni Tradisional Sunda
·         Seni Tradisional Jawa
·         Dan sebagainya


Seni Tradisional di Kalimantan
·         Seni Tradisional Banjar
·         Seni Tradisional Dayak
·         Seni Tradisional Tidung
·         Dan sebagainya
Seni Tradisional di Sulawesi
·         Seni Tradisional Bugis
·         Seni Tradisional Gorontalo
·         Seni Tradisional Minahasa
·         Seni Tradisional Toraja
·         Dan sebagainya
Seni Tradisional di Nusa Tenggara
·         Seni Tradisional Bali
·         Seni Tradisional Flores
·         Seni Tradisional Sumba
·         Dan sebagainya
Seni Tradisional di Maluku
·         Seni Tradisional Ambon
·         Seni Tradisional Maluku Utara
Seni Tradisional di Papua
·         Seni Tradisional Asmat




1.cAlat-alat dalam Seni Tradisional:
          Alat Tabuh
·         Gamelan
·         Gendang/Kandang
·         Marwas
Alat Tiup
·         Serunai
·         Suling
Alat Gesek
·         Rebab
Alat Petik
·         Sitar/siter[2]









2.2 Penyebab hilangnya seni tradisional.
seni tradisional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di pertahankan sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita sebagai warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan tersebut seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai alasan seperti  takut dibilang ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain sebagainya.
Jika ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan.seni tradisional yang mencerminkan etos kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam era global. Era global menuntut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap kesempatan.seni tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa. Sebagai contoh sederhana, budaya seni tari di Indonesia saat ini hampir terkikis habis, Perlu dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat di pertahankan karena ini mencerminkan kepribadian bangsa karena kepribadian ini sudah menjadi jati diri kita dari nenek moyang.
Dalam era globalisasi, seni tradisional mulai mengalami erosi.Orang, anak muda utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang akan merasa bangga ketika dapat menuru gaya berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan ketinggalan. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus menentukan apakah budaya-budaya tersebut bersifat positif ataupun negatife untuk kita ambil atau tidak.

2.3  Cara-cara Untuk Menjaga seni Tradisional
Seni tradisional yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi seni tradisional yang tak bernilai di mata masyarakat.Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan seni tradisional di negara kita. Karena salah satu cara untuk melestarikan seni tradisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan, melestarikan budaya seni tradisional merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda sekarang ini justru beranggapan yang sebaliknya, sehingga mereka menggagap melestarikan seni tradisional ini suatu paksaan.Jadi kelestarian buadaya seni tradisional itu juga sangat bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya.
Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan.Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian.Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah.Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian seni tradisional juga diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.[3]
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan beragam seni tradisionalyang terdapat disetiap daerah sebelum seni tradisional yang masih ada tersebut punah adalah dengan melaksanakan:1.Pendataan                        2.Inventarisasi             3.Pendokumentasian
III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Kebudayaan daerah merupakan kesenian tradisional yang di miliki oleh setiap daerah, maupun suku yang ada di Indonesia.Kebudayaan daerah yang di miliki Indonesia merupakan sebuah aset mahal dan berharga nilainya, karena kebudayaan lokal yang di miliki Indonesia memiliki ciri dan identitas yang berfungsi sebagai pemerkaya dan pemersatu keragaman kebudayaan yang ada di Indonesia dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Namun dalam usaha memperkokoh ketahanan bangsa banyak sekali tantangan zaman dan pencegahan pencurian-pencurian hasil kebudayaan oleh negara lain.  
Oleh krena itu dalam usaha memperkokoh ketahanan bangsa Indonesia dengan kebudayaan daerah, Para warga masyarakat terutama para pemudanya di wajibkan untuk ikut berperan serta dalam pelestarian kebudayaan daerah, Dengan mempromosikan kebudayaan lokal yang di miliki Indonesia melalui media cetak, maupun elektronik ke berbagai wilayah yang ada di Indonesia maupun ke berbagai negara luar di dunia sangat di harapkan untuk ikut dan berperan serta membantu pemerintah untuk memperkokoh ketahanan bangsa.
namun bukan hanya masyarakat saja yang di beban dalam hal ini para pemerintah pun di harapkan dapat tanggap dan ikut berperan serta dalam pelestarian budaya daerah agar tidak di klaim oleh negara lain.


[1]Arifa.rina.  2012
[2]Padli arif. 2008
[3]Karin.eva. 2011

DAFTAR PUSTAKA

Arifa.rina.  2012 “PengertianSeniTradisional”.
http:// www.rinaarifa.blogspot.com,diaksestanggal  15  januari2013.
Karin.eva. 2011 “Makalah-Seni-Tradisional”
http://www.meediana.blogspot.com,diaksestanggal 14 februari 2012.
Padli.arif. 2008 “SelamatkanBudayakita”
http://www.cabiklunik.blogspot.com, di aksestanggal 16 Agustus 2008.