AGEN SOSIALISASI
A. Pengertian Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang
melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama,
yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi satu sama lain berlainan dan
tidak selamanya sejalan. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan
bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain.
Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman
keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan
leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses
sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung
satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu
dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang
berlainan.
Dalam keadaan normal,
lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga. Keluarga
merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas orang tua, saudara-saudara,
serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Keluarga merupakan media
sosialisasi yang pertama dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah
media sosialisasi primer. Melalui keluarga, anak mengenal dunianya dan pola
pergaulan sehari-hari. Arti pentingnya keluarga sebagai media sosialisasi
primer bagi anak terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap
ini. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar
memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman
disiplin, kebebasan, dan penyerasian.
Proses sosialisasi awal ini di mulai dengan proses belajar
menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh orang – orang dilingkungan keluarganya. Di dalam keluarga, orang tua
mencurahkan perhatian untuk mendidika anak agar anak memperoleh dasar – dasar
pola pergaulan hidup yang benar dan baik yang akan berpengaruh pada kepribadian
yang baik pula pada si anak.
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi
ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal
secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut
sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi
lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga
yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.
Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri. Institusi Keluarga
Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri. Institusi Keluarga
1. Ibu bapak menjadi
“Role Model” dalam pembentukan sahsiah anak-anak.
2. Mewujudkan
persekitaran rumahtangga yang harmonis dan suasana yang selamat bagi anak-anak.
3. Ahli keluarga
sebagai penasihat atau kaunselor kepada anak-anak yang menghadapi masalah.
4. Saling membantu,
menyokong dan bekerjasama dalam setiap aspek kehidupan.
5. Rumah adalah
sumber untuk mendapatkan kasih sayang.
6. Mendidik
anak-anak dari kecil tentang tatacara bersosial dan persekitaran
7. Membetulkan
kesalahan anak-anak.
8. Memberikan
didikan agama dan moral melalui cerita, kisah-kisah dan teladan
2.TEMAN PERGAULAN
Teman Pada usia anak – anak, kelompok bermain disebut juga dengan istilah Peer Group. Kelompok bermain mencakup teman – teman, tetangga, dan kerabat. Pada usia remaja, kelompok sepermainan berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkemabangan ituantara lain disebabkan bertambah luasnya ruang lingkup pergaulan remaja, baik di sekolah maupun di luar sekolah. pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
Di dalam
proses ini, seorang anak berusaha mempelajari berbagai kemampuan baru.
Anak-anak berinteraksi dengan orang-orang yang seusia dengan mereka. Karena
selain keluarga, salah satu agen sosialisasi adalah teman sepermainan dalam
kelompok bermain.
Agen
ini baru didapatkan setelah seorang anak dapat bepergian ke luar rumah.
Disinilah mereka mempelajari berbagai kemampuan baru dengan memasuki tahap game
stage (mempelajari aturan-aturan yang mengatur peranan orang-orang yang
kedudukannya sederajat) sehingga memperoleh nilai-nilai keadilan. Pada tahap
ini, sikap ego seorang anak masih sangat menonjol. Keadaan ini tentu akan
banyak menimbulkan konflik dengan teman-temannya. Meski demikian, dengan adanya
konflik tersebut akan membuat individu dipaksa untuk memperbaiki sifat egonya.
Tujuan perbaikan diri tersebut adalah agar dia dapat diterima kembali oleh
teman-temannya sebagai anggota kelompok.
Dengan
kelompok bermain, seorang anak bisa mendapat peranan yang positif, misalnya :
1. Adanya rasa aman dan dianggap penting
2. Tumbuhnya rasa kemandirian dalam diri anak itu
3. Seorang anak
mendapat tempat penyaluran berbagai perasaannya seperti rasa senang maupun
sedih
4. Dapat
mengembangkan berbagai keterampilan sosial
5. Memiliki banyak teman dan mendapat banyak pengetahuan.
6. Dapat terhindar dari lingkungan pergaulan yang negatif
7. Ilmunya bermanfaat dan memiliki masa depan yang cerah
8. Mampu bersosialisasi dengan baik
9. Belajar untuk membentuk organisasi yang baik
10. Terbentuknya sifat disiplin dalam penggunaan waktu.
Selain
dampak positif yang diterima oleh si anak dari teman sepermainan, ada juga
dampak negative, misalnya teman sebaya tersebut mengajari melakukan hal-hal
yang tidak baik.Dan dari dampak negatife tersebut muncul penyimpangan
misalnya :
1.Penyalahgunaan Narkoba
Hal
ini dapat terjadi apabila teman si anak bukan teman yang baik sehingga dia akan
menjerumuskan si anak.
2. Proses sosialisasi yang tidak sempurna
Apabila
seseorang dalam kehidupannya mengalami sosialisasi yang tidak sempurna, maka
akan muncul penyimpangan pada perilakunya. Contohnya: seseorang menjadi pencuri
karena terbentuk oleh lingkungannya yang banyak melakukan tindak
ketidakjujuran, pelanggaran, pencurian dan sebagainya.
3. Tindak kejahatan / criminal
Yaitu
tindakan yang melanggar norma , misalkan mencuri, membunuh dan lain-lain.
4. Gaya hidup
Penyimpangan
dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau biasanya. Penyimpangan
ini antara lain : - Sikap arogansi yaitu kesombongan terhadap sesuatu yang
dimilikinya seperti kepandaian,kekuasaan, kekayaan, dan sebagainya.
5. Mengonsumsi rokok di bawah umur
Hal
inilah yang sangat sering terjadi jika pergaulan si anak dengan temannya
kelewatan batas, sehingga akan melakukan tindakan demikian seprti merokok dan
akan merusak kepribadiannya.
6. Kenakalan remaja
Karena
keinginan membuktikan keberanian dalam melakukan hal-hal yang dianggap
bergengsi, sekelompok orang melakukan tindakan-tindakan menyerempet bahaya,
misalnya kebut-kebutan, membentuk geng-geng yang membuat onar, dan
lain-lain.
Selain
itu, perkelahian antar pelajar termasuk jenis kenakalan remaja yang pada
umumnya terjadi di kota-kota besar sebagai akibat kompleknya kehidupan disana.
Demikian juga tawuran yang terjadi antar kelompok/etnis/warga yang akhir-akhir
ini sering muncul.
Tapi
, sebelum si anak terlanjur terjerumus, orangtua dapat melakukan berbagai upaya
untuk melindungi si anak. Dan pastinya apa yang di ajarkan oleh keluarga akan
dibawa oleh anak dari rumah keluar rumahnya ketika ia berinteraksi dengan teman
sebayanya.
Adapun
upaya itu adalah :
1. Memberi kebebasan bersyarat dimana anak dibiarkan untuk tetap
bergaul dengan teman-temannya tetapi tetap diawasi.
2. Diberikan pendidikan agama yang cukup di luar lingkungan
sekolah
3. Memberikan contoh dampak negatif orang yang sudah terjerumus
dalam pergaulan yang negatif
4. Berusaha untuk menjadi teman curhat anak dan memberikan
solusi/saran yang intinya mendukung anak, agar mereka tidak merasa kesepian dan
melampiaskannya pada pergaulan
Jadi, tidak selamanya teman sepermainan itu dapat memberikan
dampak yang baik atau positif terhadap kepribadian si anak, melainkan ada juga
dampak negatifnya.
3.LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH)
Sekolah
dengan lembaga yang melaksanakan sistem pendidikan formal merupakan agen
sosialisasi yang akan kita bahas selanjutnya. Di sekolah seorang anak akan
belajar mengenai hal-hal baru yang tidak ia dapatkan di lingkungan keluarga
maupun teman sepermainannya. Selain itu juga belajar mengenai nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat sekolah, seperti tidak boleh terlambat waktu masuk
sekolah, harus mengerjakan tugas atau PR, dan lain-lain.
Sekolah
juga menuntut kemandirian dan tanggung jawab pribadi seorang anak dalam
mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang tuanya. Hal itu sejalan dengan
pendapat Dreeben yang mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan sekolah
(pendidikan formal) seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Aspek
lain yang dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), dan kekhasan (specificity). Adapun fungsi pendidikan
sekolah sebagai salah satu media sosialisasi, antara lain sebagai berikut:
1) Mengembangkan
potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya.
2) Melestarikan
kebudayaan dengan cara mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3) Merangsang
partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan
mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dan bebas.
4) Memperkaya
kehidupan dengan menciptakan cakrawala intelektual dan cita rasa keindahan
kepada para siswa serta meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui
bimbingan dan penyuluhan.
5) Meningkatkan taraf
kesehatan melalui pendidikan olahraga dan kesehatan.
6) Menciptakan warga
negara yang mencintai tanah air, serta menunjang integritas antarsuku dan
antarbudaya.
7) Mengadakan hiburan
umum (pertandingan olahraga atau pertunjukan kesenian).
Sosialisasi melalui sistem pendidikan formal (Sekolah) cukup efektif, karena disamping membaca, menulis, dan berhitung. Di sekolah juga diajarkan menganal kemandirian (Independence), prestasi, dan kesamaan kedudukan. Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh. Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
Di sekolah, mereka belajar tentang perspektif yang lebih luas tentang segala hal yang membantu mereka untuk menjalankan peran yang ada di luar keluarga. Misal tentang patriotisme, kebaikan, demokrasi, kejujuran yang diselipkan dalam pelajaran.
4.MEDIA MASSA
Media massa merupakan alat sosialisasi yang penting, karena dapat membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang norma – norma dan nilai – nilai yang ada di dalam masyarakat. Namun dia lain pihak, medai massa dapat pula mengubah perilaku masyarakat.
Yang termasuk dalam kelompok media massa di sini adalah media
cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi,
video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan
frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus,yang sebenarnya hanya disebabkan kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
Contoh:
Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus,yang sebenarnya hanya disebabkan kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
Tanpa
mengikari fungsi dan maafaat media massa dalam kehidupan masyarakat, disadari
adanya sejumlah efek sosial negatif yang ditimbulkan oleh media massa. Karena
itu media massa dianggap ikut bertanggung jawab atas terjadinya pergeseran
nilai-nilai dan perilaku di tengah masyarakat seperti menurunnya tingkat selera
budaya, meningkatnya kejahatan, rusaknya moral dan menurunnya kreativitas yang
bermutu.
Efek
negatif yang ditimbulkan oleh media massa terutama dalam hal delinkuensi dan
kejahatan bersumber dari besarnya kemungkinan atau potensi pada tiap anggota
masyarakat untuk meniru apa-apa yang disaksikan ataupun diperoleh dari media
massa. Pengenaan (exposure) terhadap isi media massa memungkinkan khalayak
untuk mengetahui sesuatu isi media massa, kemudian dipengaruhi oleh isi media
tersebut. Bersamaan dengan itu memang terbentang pula harapan agar khalayak
meniru hal-hal yang baik dari apa yang ditampilkan media massa.
Hampir
setiap hari umumnya masyarakat dihadapkan pada berita dan pembicaraan yang
menyangkut perilaku kejahatan seperti pembunuhan, perampokan, perkosaan dan
bentuk-bentuk yang lain. Akibat logis dari keadaan tersebut bahwa segala
sesuatu yang digambarkan serta disajikan kepada masyarakat luas dapat membantu
dan mengembangkan kemampuan menentukan sikap pada individu-individu di tengah
masyarakat dalam menentukan pilihan mengenai apa yang patut ditempuhnya untuk
kehidupan sosial mereka. Pemberian masalah kejahatan melalui media massa
mempunyai aspek positif dan negatif. Pengaruh media massa yang bersifat halus
dan tersebar (long term impact) terhadap perilaku seolah-olah kurang dirasakan
pengaruhnya, padahal justru menyangkut masyarakat secara keseluruhan. Hasil
dari berbagai penelitian menyatakan bahwa efek langsung komunikasi massa pada
sikap dan perilaku khalayaknya, kecil sekali, atau belum terjangkau oleh
teknik-teknik pengukuran yang digunakan sekarang.
Kemungkinan
dan proses bagaimana terjadinya peniruan terhadap apa yang disaksikan atau
diperoleh dari isi media massa dapat dipahami melalui beberapa teori. Yang
pertama adalah teori peniruan atau imitasi. Kemudian teori berikutnya tentang
proses mengidentifikasi diri dengan seseorang juga menjelaskan hal yang sama.
Sedangkan teori social learning mengungkapkan faktor-faktor yang mendorong
khalayak untuk belajar dan mampu berbuat sesuatu yang diperolehnya dari
interaksi sosial di tengah masyarakat.
Memang
teori-teori tadi belum tuntas sepenuhnya dalam memaparkan perihal peniruan
terhadap isi media massa. Namun konsep-konsep pokok yang diajukan oleh
masing-maisng teori itu kurang lebih dapat membantu kita untuk memahami
terjadinya peniruan yang dimaksud dalam hubungan bahasan kita di sini yang
merupakan faktor penting dari efek sosial yang ditimbulkan oleh media massa.
Studi
pertama tentang efek TV yang dilakukan dengan lengkap adalah yang disebut Payne
Fund Studies Film and their Effect on Children, yang berlangsung selama empat
tahun 1929-1932. Hasil studi ini sebanyak dua belas jilid telah diterbitkan
oleh Macmillan di antara tahun 1933-1935.
Pada
tahun 1961, UNESCO menerbitkan sebuah bibliografi beranotasi The Influence of
the Cinema on Children and Adolescent yang berisikan 491 buku, artikel dan
jurnal.
Charters
(1934) mengemukakan bahwa pada tahun 1930, tiga tema besar film yang
dipertunjukkan adalah: cinta (29,6%), kejahatan (27,4 %) dan seks (15,0%). Ke
dalam kategori kejahatan yang 27,4% itu, terutama isinya adalah mengenai:
pemerasan, extortion, penganiayaan, dendam dan pembalasan.
Proses
sosialisasi yang dilalui oleh setiap anggota masyarakat ada yang berlangsung
secara formal, yaitu melalui sekolah dan pendidikan lainnya. Tapi adapula yang
berbentuk informal yaitu yang diperoleh melalui keluarga, kerabat, dan
pergaulan dengan teman sebaya. Media massa dapat berperan dalam proses
sosialisasi itu baik yang informal, yaitu ketika media dikonsumsi dalam situasi
dan untuk keperluan di rumah. Namun media dapat pula berperan dalam sosialisasi
formal, yakni ketika mengikuti pendidikan melalui media atau apa yang disebut
sebagai pendidikan jarak jauh. Media massa memberikan banyak hal yang
dapat diserap oleh setiap anggota masyarakat antara lain ikut membentuk
perilaku anggota masyarakat tersebut. Proses ini sebenarnya sudah dimulai pada
permulaan kehidupan seseorang adalah keluarga, sekolah tempat kerja lingkungan
sosial dan media massa. Keluarga adalah sumber pertama, karena dari
keluargalah, seseorang mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma dalam hidupnya.
5.AGEN-AGEN LAIN
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional masyarakat dan lingkungan kerja. Semuanya membantu seseorang dalam membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
Keluarga
Kelompok yang paling berperan dalam pembentukan pribadi seseorang adalah keluarga.Dimana kita juag diperkenalkan tentang nilai gender misal:anak perempuan membantu ibu di dapur dan anak laki-laki membantu ayahnya membetulkan genting.
Lingkungan Tempat Tinggal
Berdasarkan hasil penelitian anak dari pemukiman miskin menjadi anak yang sering bertabrakan dengan hukum dan anak yang berada di lingkungan yang berada lebih terjaga biasanya menjadi lebih aman keberadaannya.Atau bagaimana keluarga--keluarga yang tinggal di lingkungan sampah tidak menganggap bahaya mengancam ketika anak mereka bermain di tumpukan sampah. Institusi Masyarakat :
1. Membentuk
nilai-nilai yang diterimapakai dalam kumpulan masyarakat
2. Menunjukkan
perlakuan yang boleh atau tidak dapat diterima oleh kumpulan.
3. Mempamerkan
cara-cara hidup yang sesuai dan perlu diikuti oleh golongan muda-mudi.
4. Mengubah
tingkahlaku individu yang tidak sesuai dengan teguran dan penjelasan.
5. Nilai
masyarakat majmuk dapat membanding yang kurang dalam diri kita.
6. Adat resam
dapat mempengaruhi pembentukan peribadi yang lemah lembut dan berhemah tinggi.
7. Menjatuhkan hukuman
bagi individu yang perilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat melalui
sindiran, pandangan atau kata nasihat.
Agama
Dengan nilai yang ada di dalamnya,agama menjadi penting bagi kehidupan kita.Juga pada pemahaman baik dan buruk pada seseorang. Institusi Agama :
1. Melalui
penyampaian ajaran agama yang disampaikan dalam bentuk khutbah, ceramah.
2. Pembacaan
melalui kitab-kitab mengikut agama yang dianuti.
3. Melalui
lagu-lagu rohani
4. Aktivitas
kerohanian
5. Seminar keagamaan
yang bersifat membentuk remaja
6. Perayaan sesuatu
agama
sekolah
Dalam konteks ini,mereka belajar tentang perspektif yang lebih luas tentang segala hal yang membantu mereka untuk menjalankan peran yang ada di luar keluarga.Misal tentang:patriotisme,kebaikan,demokrasi,kejujuran yang diselipkan dalam pelajaran .Disekolah juga diajarkan pesan-pesan khusus negara.
Dalam konteks ini,mereka belajar tentang perspektif yang lebih luas tentang segala hal yang membantu mereka untuk menjalankan peran yang ada di luar keluarga.Misal tentang:patriotisme,kebaikan,demokrasi,kejujuran yang diselipkan dalam pelajaran .Disekolah juga diajarkan pesan-pesan khusus negara.
Institusi Pendidikan :
1.
Pengetahuan Moral:
-
Memberikan maklumat/teori moral
-
Penerapan melalui aktivitas
-
Pengukuhan melalui ujian dan peperiksaan
2. Peraturan
Sekolah:
-
Lembaga Disiplin memastikan peraturan sekolah dikuatkuasakan dan dipatuhi
-
Mencegah dan menghalang pelajar daripada melakukan perkara-perkara yang tidak
bermoral
3.
Kegiatan Ko-Kurikulum:
-
Pelajar mengisi masa dengan aktivitas yang berfaedah.
-
Menyediakan alternatif kepada para pelajar untuk menyalur minat dan kebolehan
masing-masing.
4.
Menyediakan persekitaran yang merangsang pertumbuhan emosi dan sosial yang
sihat melalui jalinan ikatan mesra dan muhibbah.
5.
Guru bertindak sebagai ibubapa kedua atau mentor kepada pelajar.
Institusi Masyarakat
Kelompok Bermain
Nilai-nilai yang berkeliaran di antara teman dalam kelompok bermain ini sering menjadi sangat menjengkelkan untuk orang tua karena kadang sama sekali tidak pernah didengar di rumah atau di sekolah.Dan untuk konteks remaja,misal keberadaan teman kongko-kongko juga tidak bisa dikesampingkan yang sangat memengaruhi gaya dan tingkah laku kita.